Ritual Islam: Perspektif dan Teori
(Pembacaan
terhadap tulisan Frederick M. Denny)
Cahaya Khaeroni
a. Pendahuluan
Semua agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki
ajaran tentang hal yang sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah
pemeliharaan dan pelestarian kesakralan. Di samping itu, ritual merupakan
tindakan yang memperkokoh hubungan pelaku dengan objek yang suci; dan
memperkuat solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat mental.
Hampir semua masyarakat yang melakukan ritual keagamaan dilatarbelakangi oleh
kepercayaan. Adanya kepercayaan pada yang sakral, menimbulkan ritual. Oleh karena
itu, ritual didefinisikan sebagai perilaku yang diatur secara ketat, dilakukan
sesuai dengan ketentuan, yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara
melakukannya maupun maknanya. Apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan, ritual
diyakini akan mendatangkan keberkahan, karena percaya akan hadirnya sesuatu
yang sakral. Sedangkan perilaku profan dilakukan secara bebas.[1]
Dalam agama Islam, ritual juga merupakan bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan iman seorang muslim. Karena memang
ritual Islam itu sendiri adalah bentuk ekspresi dari doktrin Islam. Sehingga
bagi seorang Muslim, konsep Tauhid bukanlah sekedar proposisi teologis semata,
tetapi juga realisasi yang hidup; yang “mengesakan” Tuhan dengan ketaatan dan
ketundukan total. Bahkan, jika dikaji secara lebih mendalam terhadap persoalan
teologis dogmatis-meskipun hal ini sangat signifikan bagi seorang Muslim, hal
tersebut kurang mendapat perhatian serius, khususnya bagi kalangan Sunni yang
“ortopraks,” dan hanya mendapat bagian dalam ilmu tersendiri yang terpisah dari
fiqih. Hal ini menunjukkan begitu
dominannya aspek ritual dalam Islam. Dalam kitab-kitab fiqih, ritual juga mendapat perhatian yang sangat dominan. Karena
memang di dalamnya, kitab-kitab fiqih
selalu memulai penjelasannya dengan kewajiban-kewajiban ritual dengan
memperhatikan empat rukun: shalat, zakat, puasa, dan haji. Rukun pertama,
syahadat biasanya tidak dibahas, melainkan diterima begitu saja. Bilangan dan
eksplikasi yang dikehendaki dalam shalat selalu didahului dengan pembahasan
mendetail tentang bersuci, thoharoh merupakan satu syarat yang tidak dapat
dipisahkan dari perbuatan ibadah. Wudhu sendiri merupakan proses yang kompleks,
dan membutuhkan penjelasan mendetail.[2]
Hal inilah yang nampaknya menarik perhatian Frederick M.
Denny untuk mengkaji lebih lanjut tentang ritual Islam. Karena baginya, hal ini
sangat cukup penting untuk melengkapi kajian-kajian studi Islam, Frederick M. Denny
sendiripun agaknya cukup kecewa karena para Islamis ternyata cenderung
mengabaikan aspek-aspek ritual yang sangat performatif dalam studi Islam.
Laporan-laporannya tentang hal ini menawarkan sejumlah kemungkinan bagi riset
masa depan dan cara-cara mendekati aneka bentuk dan ekspresi aktivitas simbolik
dalam masyarakat Islam. Selain itu, studi ritual yang baru ini kemudian dicoba
untuk dapat diterapkan pada Islam sehingga mampu memperkaya pemahaman tentang
tema-tema dalam Islamic Studies.
Untuk itulah, dalam tulisan ringkas ini penulis hendak
mencoba untuk mengkaji lebih mendalam mengenai pemikiran Frederick M. Denny,
khususnya terkait dengan studi ritual dalam pengkajian Islam. Dengan harapan,
semoga tulisan ringkas ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
memajukan khazanah keilmuan dan keIslaman di bumi Indonesia tercinta, amin.
b. Problem
(kegelisahan akademik)
Frederick
M. Denny menilai bahwa dalam lingkup studi-studi Islam, upaya para Islamis
untuk mengkaji aspek-aspek yang sangat performatif dalam kewajiban keagamaan
Islam nampak sangatlah minim sekali bahkan mereka seolah-olah cenderung
mengabaikannya. Padahal, Islam sendiri menempatkan aspek ritual dalam posisi
yang cukup dominan.[3] Read more
c. Pentingnya topik
penelitian
Penelitian
Frederick M. Denny penting untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena keagamaan yang terkait
dengan perilaku ritual yang ideal dan praktek ritual yang berkembang. Usaha
Denny adalah sebuah terobosan untuk memecah kebuntuan dalam studi tentang
ritual-ritual yang masih banyak diabaikan begitu saja oleh pengkaji Islam baik
dikalangan Muslim atau orientalis. Sejumlah teori yang ditawarkan dapat
digunakan oleh pengkaji sesudahnya dalam menganalisis makna-makna yang
tersembunyi dibalik pelaksanaan ritual-ritual dalam agama-agama dan Islam.[7]
d. Hasil penelitian
terdahulu
Frederick
M. Denny telah menelaah karya-karya para peneliti sebelumnya, diantaranya seperti
karya:
1.
Karya Snouck
Hurgronje mengenai studi historis tentang haji.
Sebuah
karya yang diterbitkan beberapa tahun sebelum Snouck Hurgronje menetap di
Mekkah selama musim semi dan musim panas pada tahun 1885. Menurut Frederick M.
Denny, Karya Snouck Hurgronje merupakan contoh karya orientalis yang secara
tradisional didasarkan pada teks dan menggambarkannya dalam latar akademik.[8] Read More
e. Metodologi
penelitian
Metodologi
penelitian yang digunakan oleh Frederick M. Denny adalah pendekatan
fenomenologi, dengan verstehen-nya[9]
guna mencari pengertian terhadap pola yang general (general pattern) dan pola yang partikular (particular pattern). Secara lebih konkret, dalam upaya memahami
ritual, Frederick M. Denny menggunakan beberapa teori: Pertama, teori ruang suci dan waktu suci, teori ini berhasil
menemukan adanya dimensi ruang dan waktu dalam ritual. Ruang dan waktu itu
sendiri adalah kategori universal dan banyak cara yang dapat digunakan oleh
orang beragama untuk menjelaskan dan menuturkannya. Sebagai contoh: ibadah
shalat lima waktu, secara jelas dan gamblang memberikan kesaksian bahwa orientasi
waktu suci cukup dominan dalam ritual Islam. Selain itu, ibadah haji yang
merupakan ekspresi liminalitas dan komunitas dalam pengertian Victor Turner,
juga memberikan penjelasan adanya orientasi kombinasi antara ruang dan waktu
yang berfokus pada pusat dunia, yakni Mekkah. Juga perlu ditambahkan bahwa
dalam shalat itu sendiri juga ada orientasi ruang yang kuat terhadap kiblat,
yakni arah ka’bah di Mekkah, yang berfokus pada upaya melahirkan energi
spiritual dan menunjukkan adanya kesatuan manusia dan tujuannya. Sehingga
jelas, bahwa di mana pun Muslim mengerjakan shalat, selama itu pula secara
spiritual ia berada pada pusat peribadahan.[10] Read More
f. Ruang lingkup
dan istilah kunci penelitian
Ruang
lingkup kajian Frederick M. Denny adalah studi tentang ritual, yang diterangkan
dengan teori yang dipinjam dari Theodore Gasper dan Arnold van Gennep. Maka
kata-kata kunci yang digunakan adalah; Ruang dan waktu suci, Topocosme, Pengosongan (Kenosis), Pengisian (plerosis), ritus peralihan (rites of passage), Pemisahan (separation), transisi (transition), dan penyatuannya dalam
status baru (aggregate).
g. Kontribusi dalam
Ilmu-ilmu keIslaman
Dari beberapa
tulisan yang dipaparkan secara cukup jelas dan gamblang, setidaknya ada
beberapa kontribusi penting yang menjadi sumbangan Frederick M. Denny bagi para
pengkaji studi-studi keIslaman. Diantaranya
adalah: pertama, Frederick M. Denny
membantu memberikan pemahaman secara lebih komprehensif tentang studi-studi
ritual dalam kajian Islam. Konsep ruang suci dan waktu suci yang dia paparkan
sangat membantu para pengkaji studi keIslaman khususnya dalam lingkup studi
ritual untuk lebih menangkap esensi makna dari aktivitas simbolik yang
ditunjukkan dalam masyarakat Islam. Kedua,
Frederick M. Denny memberikan kerangka teori dalam menguraikan aspek-aspek
ritual yang berkembang dalam masyarakat.
h. Logika dan
Sistematika Penulisan
Penulisan
Frederick M. Denny diawali dengan menguraikan problem-problem akademik yang
dihadapinya. Lalu dilanjutkan dengan uraian singkat mengenai alasan dia memilih
studi ritual dalam penelitiannya. Kemudian dia memaparkan penjelasan teori
ruang suci dan waktu suci yang mencari pola general dan particular tentang
aspek-aspek ritual khususnya dalam masyarakat Islam. Dia juga menggunakan
beberapa kerangka teori lain dalam menguraikan aspek-aspek ritual tersebut,
seperti Topocosme-nya Theodore
Gaster, dan rites of passage (ritus
peralihan) ala Arnold van Gennep. Terakhir, Frederick M. Denny menekankan
perlunya pengkajian studi ritual terhadap pembacaan al-Qur’an dan zakat sebagai
tema atau topik yang penting namun masih jarang diteliti oleh para pengkaji
studi agama khususnya pengkaji studi Islam.
i. Penutup
Sebagai
seorang yang menaruh minat besar pada studi-studi keIslaman, Frederick M. Denny
telah menunjukkan keseriusannya dengan memberikan sumbangan metodologis yang
cukup berarti dalam pengkajian studi keIslaman khususnya studi-studi tentang
ritual. Apa yang telah diberikannya tersebut, pada awalnya beranjak dari
kegelisahannya saat melihat minimnya studi ritual yang dilakukan oleh para
pengkaji atau peneliti studi agama., padahal hal ini menurutnya sangatlah
penting untuk dilakukan. Dalam pandangan Frederick M. Denny sendiri, Islam sebenarnya
mendefinisikan diri tidak hanya dengan norma-normanya semata, tetapi juga
dengan bentuk tindakan. Dan baginya pula lebih baik memandang ide-ide dan
praktik-praktik ritual di kalangan Muslim sebagai unsur-unsur dari sistem simbol
dan sistem tindakan daripada hanya menempatkannya sebagai antagonisme.
Disinilah
sepertinya letak titik puncak kegelisahan akademik dari seorang Frederick M.
Denny yang menghendaki perlu adanya kajian-kajian intensif tentang studi
ritual. Untuk mendukung sikap ilmiahnya dalam mengkaji studi-studi keIslaman, Frederick
M. Denny pernah mengatakan bahwa dia berharap agar mampu menjadi sosok Sokrates
yang selalu mendorong dirinya dan mahasiswanya untuk menggali khazanah
keIslaman dengan penuh rasa simpatik dan sikap yang bijaksana serta tanpa adanya
tendensi negatif apapun. Terakhir, terlepas
dari siapapun sosok Frederick M. Denny, siapapun orang yang membaca karyanya
tersebut hendaknya senantiasa menunjukkan apresiasi tinggi, sikap kritis dan
ilmiah. Sehingga kajian-kajian dalam ranah studi ke-Islaman kedepan, diharapkan
mampu melahirkan peneliti-peneliti studi agama yang mampu menunjukkan sikap apresiatif,
kritis-ilmiah dan bukan justru sebaliknya, sikap-sikap sentiment keagamaan. Wallahu A’lam bi Ash Shawwab.[]
Daftar
pustaka
Amin
Abdullah, dkk. Metodologi Penelitian
Agama; Pendekatan multidisipliner, (Yogyakarta:Kurnia Kalam Semesta, 2006).
Atang
Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi
Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009).
Richard
C. Martin (ed), Pendekatan terhadap Islam
dalam studi Agama, terj. Zakiyuddin Baidhawy, (Yogyakarta: Suka Press,
2010).
http://muhammadaiz.wordpress.com/materi-metodologi-studi-islam,
diakses pada tanggal 25 maret 2011.
1 komentar:
makasih ya mas,,,,,saya copy makalahnya
Posting Komentar